Jumat, 05 Oktober 2012

Aksara Kadiri/ Kediri Kuadrat di Bali

Pahatan Prasasti pada Candi Gunung Kawi
   Pahatan di atas adalah ukiran yang terdapat pada candi Gunung Kawi. Pura ini merupakan Pura Padharman dari Raja Udayana. Artinya, pura ini untuk menstanakan roh suci atau Dewa Pitara keluarga Raja Udayana. Pura ini disebut Gunung Kawi karena yang dikawi atau yang diukir adalah lereng gunung di Sungai Pakerisan. Konon yang mengukir lereng bukit Sungai Pakerisan itu menjadi candi adalah Kebo Iwa, tokoh ahli bangunan atau arsitek pada zaman pemerintahan keluarga Raja Udayana. Kebo Iwa membuat ukiran candi sampai menjadi Pura Gunung Kawi dengan menggunakan kukunya. Raja Udayana adalah raja dari Wamsa Warmadewa. Raja ini memerintah Bali bersama dengan permaisurinya bernama Mahendradata dengan gelar Gunapriya Dharma Patni yang berasal dari Jawa Timur. (http://jalan-miring.blogspot.com/2012/02/pura-gunung-kawi-tampaksiring-gianyar.html )


   Tulisan di atas adalah tulisan Kawi. Tulisan Kawi yang satu ini berbeda dengan tulisan Kawi biasa, jenis tulisan ini adalah Kadiri/ Kediri Kuadrat (Kadiri Quadrate). Kalau mau dibanding-bandingkan, seperti tulisan di komputer yang dicetak tebal, ya? Selain itu, jika dibandingkan dengan beberapa jenis aksara Kawi yang lain -- berbentuk kursif, aksara ini lebih kaku dan rapi.

   Tulisan di batu tersebut, dibaca: 
"hajilumāhiŋjalu" 

Alih-aksara prasasti dengan aksara Bali.

Alih-aksara prasasti dengan aksara Kawi kursif.


   Kalau dipisahkan menggunakan cara penulisan sekarang (pake spasi maksudnya) menjadi: "haji lumāh ing jalu". Tulisan ini berbahasa Kawi yang artinya adalah: "raja yang wafat di Jalu" (R. Goris, 1950:192) 
   keterangan: 
haji: panggilan hormat/ sebutan untuk raja, lumāh: wafat/ meninggal, ing: di, Jalu: Pakerisan (R. Soekmono, 1995: 80)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar